a(t)nic
karya: Gina Fitri Arianti
Awal musim hujan yang dingin ini, aku berada disuatu sususan rumah yang tak megah dan sederhana, aku adalah mutiara, orang memanggilku mumu, aku tinggal bersama ayahku yang bekerja di perusahan negri di Bandung, aku tinggal berdua di rumah dengan ayahku setelah ayah dan ibuku bercerai, ibuku menikah dan membawa adiku alif tinggal di Jakarta, sebenarnya aku benci menerima kenyataan, tapi jika aku berontak aku akan menyusahkan ayahku yang telah di tinggal oleh ibu, setiap liburan terkadang aku menemui ibuku di sana. Aku sekolah di SMA 3, kelas 2 IPS 2. Aku selalu kesepian di rumah, ayahku selalu pulang malam karna kerjaan yang tak bisa di tunda, walau begitu dia pria pertama sebelum pacarku jeje yang terbaik untuk hidupku, pacarku jeje sedang sibuk mengurus bahan untuk magang. Dia sekarang semester 4 di salah satu universitas bandung jurusan arsitektur. Usia ku genap 16 tahun 2 hari yang akan medatang, aku tak yakin paska ulang tahunku yang ke 16 ini orang yang aku harapkan takkan ada di sampingku karna perkerjaannya masing masing.
Pagi ini aku bangun tepat jam 6 pagi. Seperti biasanya seusai mandi aku menuju ruang makan dirumah, papahku sudah menyiapkan makanan untuk sarapan kita berdua, walaupun ayahku sibuk, dia selalu ada waktu untuk membuatkan aku sarapan, kecuali siang aku selalu masak sendiri untuk makan siangku, terkadang aku jajan di kantin sekolah untuk menganjel perut kecil ku ini.
Pagi ini ayahku bertanya mengenai jeje terhadap ku, aku bingung harus jawab apa, jeje menghilang terhempas waktu tanpa kabar yang pasti, yang aku tau dia sibuk dan tidak mempunyai waktu untuk menghubungiku.
“mu, jeje mana?”
Diam dan terus makan, “(…….)”
“mu, kalian putus?”
“enggak pah, jeje sibuk (sambil terus makan)”
“sebenarnya papah mau ke bogor besok, jadi papah mau titip kamu sama jeje”
Aku cukup tersenyum mendengar papahku berbicara seperti itu, tepat jam 7 aku di antarkan papahku menuju sekolah, setiap di sekolah aku hanya di temani oleh temanku yang pendiam, tak jarang orang di sekolahku mengasingkan diriku. Sekolah bubar tepat jam 3 sore, lonceng pun berbunyi, saat aku menuju gerbang sekolah untuk pulang ada jeje di sebrang sana, tapi aku berjalan melalui jeje begitu saja.
“mu…. (teriaknya)”
(aku tak mendengar dan tetap berjalan)
(di pegang tangganku dari belakang dan menatapku tajam)
“jeje ?”
“mumu, di panggil ga ngeliat sombong (sambil memencet hidungku)”
“jeje kemana aja?”
Jeje dan aku melanjutkan pembicaraannya di café tak jauh dari sekolahku, jeje ternyata sibuk dengan kuliahnya, bahkan sampai sekarang jeje kabur dari pekerjaan tugasnya. Saat aku dan jeje asik berbicara tiba tiba telepon jeje berbunyi, ternyata telepon itu dari salah satu temannya yang mengabarkan rancangannya di bajak oranglain, jeje meninggalkan ku di café tanpa mengantarkan aku pulang ke rumah. malam itu tepat jam 9. Setibanya di rumah, papah sudah memasang wajah tak baik malam itu, aku bergegas masuk kedalam rumah, aku tau papah marah karna aku pulang selarut ini, aku tak bisa melawan saat papah marah karna aku tau aku yang salah.
Keesokan hari, papahku pergi ke bogor. Karna jeje sibuk aku di temani tasya tetanggaku, dia 1 tahun lebih muda. Sekarang dia masih kelas 1 sma. Karna bosan di rumah aku memutuskan untuk berangkat ke mall dengan tasya, saat di mall aku bertemu dengan kaka kelasku yang aku suka, dia adalah raisya kelas 3 di IPA 1. Dia anak pintar, satu sekolah mengenal dia, dengan beraninya aku mentap dia, tak pernah aku bayangkan detik itu, waktu seakan berhenti saat aku mentapnya, semuanya terhenti, dunia hanya ada aku dan dia, itu yang aku rasakan saat detik detik melihatnya.
Aku tak berani jujur mengatakan kepada tasya, jika sebenarnya aku menyukai raysa semenjak aku masuk SMA 3 itu. Yang aku tau tasya menyukai raysa, dan akupun tau, aku tak begitu menarik dan biasa saja, selain itu ada jeje yang menjadi pacarku walau kita jarang bertemu.
Malam hari itu, aku membuka facebook, twitter, dan akun ym ku. Saat ku liat dan membaca pelan pelan dan berulang kali, seorang rasya meminta permintaan pertemanan di akun facebookku. Sungguh hari itu aku bahagia tak terbayangkan serasa mimpi dan menari di galaksi bimasakti, dengan bahagianya aku confirm dia menjadi teman di akun facebook, beberapa menit kemudian sejak aku asik bermain kaskus tiba tiba ada pemberitahuan baru di facebookku, sungguh yang aku harapkan adalah ucapan terimakasih dari rasya karna telah aku konfrim, ternyata pemberitahuan itu muncul dari jeje, baru kali ini aku malas untuk membuka yang jeje kirim untukku. Karna sudah larut malam aku memutuskan untuk tidur dan tidak melihat kiriman dari jeje yang khusus dia kirimkan untuk aku.
Hari ini adalah ulang tahunku, ayah dan ibuku tak ada di sampingku, aku tak merayakan hari ulang tahun yang ke 16 ini, tadi pagi ibu dan ayah meneleponku untuk menguncapkan selamat ulang tahun, ibu ku, om berlin (suami baru ibu) dan alif memberiku hadiah yang aku inginkan, mereka memberikan foto keluarga baru mereka serta kamera DSLR untukku yang di kirimkan melalui pos, ayahku hanya memberiku boneka teddy bear yang besar. Walau hanya sekedar boneka, boneka itu bisa memeluku di saat aku membutuh pelukan peran keluarga. Hanya jeje yang tak mengucapkan selamat ulang tahun untukku, aku sedih jeje tak ingat hari ulang tahunnku. Aku galau karna jeje sekejam itu di hari spesialku walau tiada orang yang ada di sampingku. Setidaknya ucapan selamat ulang tahun yang aku harapkan tak pernah keluar darinya.
Tiba tiba tasya datang kerumah dan membicarakan kiriman dari jeje. Akupun bingung apa maksudnya.
“mu, jeje baik banget aku pengen nangis mu liat pengorbanan jeje”
“jeje kenapa tas?”
“so sweet banget mu vidionya”
“maksudnya tas?”
“mu, kamu semalam belum liat? Bukannya kamu online facebook?”
Aku ingat, semalam jeje mengirimkan kiriman kepada facebookku, segeraku aktifkan computer dan membuka facebook, ternyata kiriman itu adalah pengorbanan jeje untuk membuat ucapan ulang tahun, dia kesana kemari untuk berbiara dengan orang yang tak di kenal untuk mengucapkan selamat ulang tahun untukku, sumpah itu adalah kado terbaik yang pernah aku punya, aku menangis melihat pengorbanan jeje.
Keesokan harinya papah ku pulang dari bogor, dia membawakan aku beberapa oleh oleh dari sana. Tiba tiba ada seseorang yang mengetuk pintu di rumah, karna papah baru tiba jadi aku yang membuka pintu itu, sungguh tamu itu adalah orang yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.
“selamat pagi”
“selamat pagi (terkejut aku melihatnya, dia adalah raysa)”
“ini rumahnya pak subjo?” (tanyanya kepadaku hari itu)
Aku mempersilahkan dia untuk masuk kerumah dengan ramahnya, rasya membawa bingkisan dari tante anis, tak pernah aku sadari ternyata rasya adalah anak tante anis rekan kerja papah di kantor. Setauku tante anis adalah sahabat baik bagi ayah, tante anis seorang janda dan memiliki satu anak yaitu raisya. Tante anis di tinggal mati oleh suaminya semenjak 7 tahun yang lalu. Bingkisan itu adalah makanan yang tante masak untuk papah, aku tak pernah tau ada hubungan special antara papah dan tante anis, mungkin tante anis hanya kasian meliat seorang duda dengan seorang gadis di rumah berdua.
Papah dan raisya asik ngobrol di ruang tengah, saat malam mulai larut ayah memintaku mengantarkan raisya hingga pager depan, di pager depan sedikit waktu kita luangkan untuk berbicara sebentar. Sebenarnya aku gugup harus berbicara dengan raisya, tapi rasanya malam ini raisya special untuk ku. Ingin ku ukir setiap kata yang aku ucap agar membuat raisya jatuh padaku.
“terimakasih” (ucapnya)
Akupun tersenyum “sama sama, hati hati ya”
Dia tersenyum dan menatapku “lain kali aku akan kembali kesini”
Aku cukup tersenyum mendengarnya, dia berjalan semakin menjauh dari rumahku, kira kira setelah 8m aku tanpa sadar berteriak padanya “salamkan aku pada tante anis ya?” dia berbalik badan dan tersenyum lalu mengacungkan jempol. Sungguh beberapa menit yang indah walau tidak durasi yang panjang.
Aku kembali kerumah, tiba di rumah papah sedang menganggkat telepon dari tante anis lalu dia menyuruhku untuk masuk ke dalam kamar, keesokan harinya saat aku di antarkan menuju sekolah tiba tiba papah memutarkan jalan menuju sekolah, akupun heran mengapa papah memutar arah, ternyata papah menjemput tante anis di rumahnya, selain itu ada raisya juga yang papah jemput sekalian untuk mengantarkan aku dan dia menuju sekolah.
Aku duduk tepat di bangku belakang di mobil ini, tepat di sampingku adalah raisya, di depan di samping papah adalah tante anis. Aku merasa seperti ada keluarga baru di mobil ini yang sudah lama tidak pernah aku rasakan. Aku bahagia bisa melihat papah dengan tante anis, selain itu akupun bahagia bisa dekat dengan raisya.
Liburan tiba, tahun ini aku tak mengunjungi ibu di Jakarta. Semenjak tante anis sering kerumah aku merasakan aura ibu yang sudah lama tidak pernah aku rasakan. Papahpun terlihat sangat ceria dengan keadaan tante anis di antara kita. Kita berempat aku, papah, tante anis dan raisya pergi liburan ke tempat wisata, aku dan raisya tau tante anis dan papah sedang dalam menuju proses bersatu, aku lebih memilih meninggalkan mereka berdua dan berkeliling berdua dengan raisya. Mungkin selain medekatkan papah dan tante anis, waktu itupun aku gunakan untuk berduaan dengan raisya.
Di hari itu adalah awal dari kedekatan aku dengan raisya, raisya sangat tanpan hari itu dengan jaketnya yang bertuliskan “dead to die” aku naik kereta kencana, komedi putar dan kereta halilintar, aku merasakan sesuatu yang lebih dari dirinya hari itu. Aku serasa bagaikan sepasang kekasih yang sedang bercinta. Kami makan es berdua, lalu di lanjut dengan fotobox, sungguh hari itu adalah hari terindah dalam hidupku.
Kami pulang, aku dan papah mengantarkan tante anis dan raisya menuju rumahnya, seusai dirumah ada jeje yang menunggu kepulangan kami dari tempat wisata, aku merasa berdosa karna sudah berbagi rasa antara jeje dan raisya. Ayah membiarkan aku berbicara dengan jeje hari itu, aku sedikit canggung karna merasa bersalah dengan jeje. Jeje memberiku hadiah, dia memberiku mantel yang dia rajut. Saat aku menerima mantel itu tiba tiba foto aku dan raisya tadi di fotobox terjatuh dan jeje langsung mengambilnya, aku takut di hari itu, jika aku tak bisa berkata jujur matilah aku hari itu.
“ini apa mu?” (Tanya jeje)
(Aku terdiam lalu menjawab) “itu je, itu foto”
“cowonya siapa mu?” (jeje penasaran)
“eeeeh, itu je, calon kaka baru aku” (jawabku sambil tersenyum)
“papahmu mau nikahmu?”
“aku enggak tau je, tapi sepertinya ada hubungan special antara
Papah dan tante anis”
“oh syukurlah mu, kamu jadi enggak kesepian”
Disitu aku selamat, tapi jika di pikir pikir aku takkan bisa memiliki raisya seutuhnya, aku sudah punya jeje, selain itu hubungan antara tante anis dan papah mungkin serius. Aku hanya bisa menjadi seorang adik bagi raisya, dan aku mencoba melawan rasa yang aku punya buat dia agar aku tegar dalam menerima kenyataan semacam ini.
Keesokan hari, libur masih panjang, tapi papah sudah mulai kerja, karna aku kesepian dirumah, papah meminta raisya menemaniku dirumah. Hari itu aku serasa mimpi ternyata raisya mempunyai rasa yang sama terhadapku, dia meminta aku menjadi pacarnya, aku egois dengan mudahnya aku menerima raisya tanpa memikirkan jeje dan papah. Aku pacaran gelap dengan raisya, yang tau hanya aku dan dia. Walaupun seperti ini aku bahagia bisa ada di hatinya, raisya tak pernah tau aku ada hubungan khusus dengan jeje. Karna jeje jarang berada di sampingku. Jadi mungkin raisya bisa mengisi kekosonganku, hari berlalu dan berlalu, aku masih menjadi pacar raisya, saat aku bercinta dengan raisya di rumahku, tanpa sadar aku melakukan first kiss ku dengannya. Saat asik ku lakukan itu datang tasya yang melihatku berciuman mesra dengan raisya, aku panik disitu yang aku takutkan adalah dia bercerita terhadap jeje tentang kejadian ini, seingatku tasya menyukai raisya. Aku mencoba mengartikan segalanya terhadap tasya, tasya tak mengerti dan mengagapku bajingan, aku prustasi akan hal ini. keesokan harinya jeje belum mengetahui aku berciuman mesra dengan raisya, karna takut aku mencoba melakukan ciumanku untuk jeje. Agar aku tak merasa bersalah terhadap jeje. Waktu berlalu ternyata tasya belum berbicara hal ini terhadap jeje karna tasya belum bertemu dengan jeje. Aku mencoba menjaga jarak dengan raisya, karna aku takut hal seperti ini akan terulang lagi.
Kedekatan papah dan tante semakin mendekat, mereka memutuskan bertunangan minggu depan. Sejujurnya aku tak tahan harus menerima kenyataan bila aku akan menjadi adik pacarku sendiri alias adiknya raisya. Akupun tau raisyapun merasakan apa yang aku rasakan, saat tunangan papah di laksanakan, ibuku om berlin alif dan jeje datang keacara itu, disitu aku jujur terhadap raisya bahwa aku memiliki jeje sebagai pacarku, tapi raisya tetap setia berada di sampingku walau aku bersama jeje.
Setelah pertunangan di laksanakan, aku memebicarakan mengenai kelanjutan hubungan aku dan raisya, bila di lanjutkan akan mengecewakan orang tua, aku mengaharapkan papah bahagia dengan tante anis, tapi bila aku kecewa dan tak sanggup menerima kenyataan aku akan memutuskan melanjutkan sekolah di Jakarta dan tinggal bersama ibu untuk melupakan kenangan aku bersama raisya, tapi dia mensupport ku agar aku tegar dan berkata walau kita adik kaka dia akan selalu mencintaku begitu ucapnya.
Setelah pertunangan papah, jeje ahir ahir ini mulai berubah, dia selalu ada di setiap waktu dan membuat raisya cemburu. Akupun bingung, tak pernah aku tau dan aku ketahui ternyata tante anis sudah memiliki pasangan untuk raisya, aku kecewa menerima kenyataan pahit seperti ini lagi.
Tapi jika aku tetap memperjuangkan hubungan aku dengan raisya, aku akan mengecewakan papah dan tante, jadi aku mencoba menerima kenyataan, aku berjuang melawan waktu yang harus ku lalui tanpa ada raisya sebagai pacarku melainkan jadi bagian dari keluargaku. Ingin ku teriak menerima kenyataan semacam ini, tapi semua tak bisa di paksakan lagi. Kehendak memang berbeda dari yang aku inginkan.
Karna banyak waktu luang untuk jeje, tasya dengan mudahnya bertemu dengan jeje, dia menceritakan ulahku dengan raisya saat waktu itu, jeje mengadu terhadap papah. Untuk kali ini papah menamparku dengan bencinya karna kebodohan aku dengan raisya. Tante anispun ikut serta dalam memarahiku dan raisya, papah berniat untuk mengusirku, tapi tante anis lebih memilih untuk membatalkan pertunangannya dan meminta aku untuk melanjutkan hubungan aku dengan raisya.
Aku merasa sangat naïf disitu, aku menangis dan memohon ampun, dan aku berjanji untuk mengahiri hubungan aku dengan raisya walau aku tau akan sulit bagiku untuk melakukan hal itu dan aku meminta tante anis dan papah melanjutkan hubungannya. Tante anis menangis karna merasa telah membuatku tertekan, sebenarnya aku yang salah dalam hal ini, karna keegoisanku dan aku lawan semua rasaku aku memilih untuk mengalah.
Karna kejadian ini, aku dan raisya tidak pernah di pertemukan oleh papah dan tante anis, aku berada di Jakarta dengan ibuku, raisya papah dan tante anis berada di bandung, beberapa waktu kemudian saat aku sedang mengerjakan pekerjaan rumah tiba tiba ada surat undangan datang, ternyata itu adalah undangan pernikahan papah dan tante anis, aku di undang dalam acara itu.
Aku datang keundangan pernikahan itu dengan berat hati, aku ikut bahagia melihat papah dan tante anis bahagia, di tempat itu aku melihat raisya, tapi aku tak berani bertanya sepatah katapun dengannya, Sekarang aku kelas 3 SMA, bulan depan aku kuliah di bandung, tapi aku takkan satu rumah dengan papah dan tante anis, aku akan kost di sana. Itu adalah permintaan aku terhadap ibuku, walau tante anis dan papah memintaku untuk satu rumah lagi, rasanya akan membawaku kemasa masa yang pernah aku kotori.
Raisya sudah kuliah setauku sekarang dia bersama dengan orang pilihan tante anis, dan di kabarkan akan segera bertunangan. Kejadian ini akan menjadi hal yang paling aku hargai dalam hidupku. Aku berjanji untuk tetap sayang sama jeje walau sesibuk apapun dia, dan aku takkan melawan keegoisanku untuk mengotori perasaan orang lain. Aku dan jeje mungkin sudah di takdirkan untuk bersatu, hanya saja rintangan yang aku alami lebih pahit dari biasanya.
Setelah pernikahan tante anis dan papah di mulai, tiba tiba raisya tersenyum kepadaku, sungguh senyuman itu mengingatkan ku pada perasaan kotor yang pernah terjadi antara kita berdua yang mengecewakan orang tua, aku benci sungguh benci dengan kenyataan seperti ini, kehilangan ibu dan ayahku serta orang yang aku suka, semua terasa pahit sekali. Tiba tiba ku teteskan air mata saat melihat papah dan tante anis di plaminan, seseorang merangkulku dari belakang ternyata dia adalah ibuku, ibuku tiba tiba menarik tanganku dan tangan raisya ke penghulu dan berkata nikahkan mereka.
Aku terkejut, aku heran mengapa ibu seperti itu, jeje tersenyum padaku tanpa berbicara, raisya dan aku sungguh heran, papah membatah kuat ucapan ibu, ibu lalu menengarkan bahwa aku dan tante anis tidak sedarah maka aku bisa menikahi raisya, jika harus berbesan, ibuku dan papahku yang asalnya pasangan suami istri berubah jadi besanan, papah dan tante anis mewakili orang tua raisya, dan ibu dan omberlin mewakili aku. Karna kekuatan cinta kita, ahirnya papah merestui pernikahan kami yang dadakan ini. ahirnya aku di jodohkan dengan raisya, jeje bahagia meliatku bahagia, papahpun meminta maaf karna sudah keras membatah hubungan kami, tapi ibu benar aku dan raisya tidak sedarah dan aku berhak bahagia dengan raisya.
1 + 1 = 2 tapi kalo 1 + 1 = 1 tandanya aku dan kamu menjadi 1 ♥
